Oleh LUQMAN HAKIM, M.Pd. (SMAN 2 Siak Kecil Provinsi Riau)
https://luqboy.blogspot.com/2019/09/reviewrumahbelajar.html
Assalamu’ alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Saya Luqman Hakim dari SMAN 2 Siak Kecil Provinsi Riau akan meriview dua konten rumahbelajar.id yaitu Buku yang pertama berjudul “Yang Silam jadi Suluh jadi Suar” dan Buku yang kedua berjudul “Indonesia Kecil di Negeri Serambi Mekah”.
Buku yang pertama berjudul “Yang Silam jadi Suluh jadi Suar” seri pulau Jawa. Buku ini diterbitkan guna merekam kembali jejak peradaban Islam masa lalu yang masih terintegrasi hingga masa kini melalui tinggalan bersifat living monument. Mengulik eksistensi keagungan bangunan masjid dari masa ke masa, sebagai simbol keagamaan yang keberadaannya turut berpengaruh besar terhadap perkembangan sejarah bangsa Indonesia.
Buku ini sangat menarik untuk dibaca. Bahasanya begitu ringan dan tidak kaku membuat siapa pun dapat menikmatinya. Mengangkat berbagai kisah unik di balik perjalanan masjid dari awal pendirian hingga saat ini. Buku ini pun layak dijadikan rujukan dalam studi literatur bagi para peneliti, pelajar, atau masyarakat yang membutuhkan informasi tentang sejarah perkembangan Islam. Selain itu, buku ini mengungkap nilai penting tinggalan yang layak untuk dilestarikan sebagai aset budaya yang dimiliki suatu daerah yang akan memperkaya khasanah kebudayaan nasional.
Buku ini dipersembahkan kepada khalayak sebagai pengingat kejayaan masa lalu. Pada masanya, para ulama pun bersatu padu bersama umat turut merintis kemerdekaan. Bahkan dalam perjalanannya kental dengan proses akulturasi budaya dan terjalinnya rasa toleransi antar agama yang tercermin nyata dari keagungan masjid-masjid lama yang masih kokoh berdiri di berbagai wilayah di Indonesia.
Buku “Yang Silam jadi Suluh jadi Suar” sebuah karya yang diterbitkan oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, diharapkan setelah membaca buku ini mampu menjadi pemantik tumbuhnya rasa kebanggaan nasional sebagai bangsa yang religius dan meningkatkan rasa toleransi beragama. Sekaligus memaknai nilai penting tinggalan masjid, bahwa perjuangan sebuah negara dihimpun dari tempat-tempat suci dengan kekuatan persatuan umat.
Lembar demi lembar buku ini memberikan informasi tentang nilai penting yang melekat pada bangunan masjid yang mencitrakan eksistensinya di masa lalu yang terus berlanjut di masa kini. untuk itulah keberadaannya harus dilestarikan. Selain itu, kekuatan di buku ini ada pada penyajian beragam cerita yang dikemas dengan gaya penulisan yang apik, ringan dan popular. Daya tarik lain yang mampu menarik minat pembaca untuk menikmati baris demi baris yaitu adanya pengelompokkan menjadi beberapa tema ‘unik’ yang tidak ditemukan di buku-buku lain. Kekhasan ini dapat dipastikan akan memperkaya wawasan kita tentang segala sesuatu di balik kekunoan masjid di Jawa.
Saya menyambut baik penerbitan buku ini, serta memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para penulis-penulis muda dan seluruh pihak yang terlibat dalam proses pengerjaannya. Semoga karya ini mampu menggugah dan menumbuhkan rasa cinta tanah air bagi para pembaca, baik akademisi maupun khalayak umum. Menggerakkan setiap jiwa pembaca dalam memaknai nilai penting tinggalan masa lalu sebagai simbol-simbol kejayaan yang dapat dihidupkan kembali di masa kini dan masa depan.
Semoga dengan adanya buku ini memberikan manfaat bagi penikmatnya. Memupuk rasa kebanggaan anak bangsa sekaligus menjadikannya sebagai acuan ke depan untuk pengambilan keputusan dan kebijakan dalam pelestarian cagar budaya, khususnya bangunan masjid yang ada di Indonesia.
Buku yang kedua berjudul “Indonesia Kecil di Negeri Serambi Mekah” .Provinsi Aceh dalam arus sejarah Indonesia adalah simbol;simbol keberanian; simbol kegigihan dan simbol anti penjajahan. Aceh adalah bagian penting dalam narasi sejarah Indonesia. Di tanah ini, rakyat dengan gigih dan gagah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam perjuangan mewujudkan Indonesia merdeka. Aceh telah melahirkan putra dan putri terbaik yang turut bersumbangsih besar dalam pewujudan dan percepatan kemerdekaan dan pembangunan Indonesia. Di tanah inilah, para pejuang dan pahlawan bangsa terlahir dan mengabdikan dirinya pada perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa.
Narasi kearifan sejarah Aceh bukan saja penting untuk diingat dan dicatat dalam lembaran kertas, namun penting untuk kita pelajari, renungkan dan refleksikan bersama. Nilai kegigihan, perjuangan dan loyalitas rakyat dan pahlawan Aceh dalam menegakkan Indonesia yang merdeka dan berdaulat masih sangat relevan untuk kita refleksikan guna menguatkan karakter bangsa Indonesia. Berangkat dari hal tersebutlah Kegiatan Lawatan Sejarah Nasional pada tahun 2018 diselenggarakan di Provinsi Aceh.
Perjalanan bangsa ini tidak terlepas dari upaya pembagunan karakter sebagai kelanjutan cita-cita kemerdekaan. Dalam upaya tersebut, sejarah memiliki peran sentral dalam menguatkan karakter bangsa. Kepribadian serta identitas nasional bertumpu pada pengalaman kolektif bangsa, yakni pada sejarahnya. Kesadaran sejarah merupakan sumber inspirasi dan apresiasi yang sangat potensial untuk membangkitkan kebanggaan terhadap kebudayaan dan identitas bangsa.
Pengajaran sejarah memiliki peran strategis dalam pendidikan nasional, yakni sebagai tiang penopang (soko guru) dalam pembangunan bangsa. Pengajaran sejarah perlu dikembangkan dan dilengkapi agar dapat berfungsi lebih efektif, dan berimplikasi bagi penyadaran generasi muda dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam rangka membangun bangsa. Melalui berbagai peristiwa sejarah dan peranan para tokoh bangsa, dapat menjadi inspirasi kita dalam merumuskan arah pembangunan masa depan kita dapat mengambil ibrah (pelajaran) sebagai acuan untuk merumuskan masa depan dan menghindari kesalahan masa lampau.
Dalam rangka penguatan pendidikan karakter generasi bangsa berbasis sejarah, Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2018 menyelenggarakan kegiatan Lawatan Sejarah Nasional (Lasenas).
Lawatan Sejarah Nasional adalah kegiatan perjalanan mengunjungi situs bersejarah yang merupakan bagian dari simpul-simpul perekat yang berorientasi pada nilai-nilai perjuangan dan persatuan untuk memperkokohkan integrasi bangsa. Kegiatan ini bertujuan memberikan bentuk baru dalam mempelajari sejarah, membangkitkan ingatan kolektif, memahami nilai-nilai kepahlawanan, merajut kesinambungan gagasan dan cita-cita perjuangan, memperkenalkan objekobjek peninggalan bersejarah dan mengenal lebih dekat warisan budaya bangsa.
Kegiatan ini dilangsungkan pada tanggal 27 April s.d. 1 Mei 2018 dengan mengusung tema “Sejarah sebagai Penguat Memori Kolteif dalam Pendidikan Karakter”. Lingkup kegiatan meliputi, kunjungan ke berbagai situs bersejarah (ekskursi), lomba karya tulis sejarah, temu tokoh sejarah, seminar kesejarahan dan pentas multikultur. Kegiatan ini diikuti oleh 250 peserta yang terdiri atas siswa-siswi SMA/SMK/MA/Sederajat dan guru seluruh Indonesia, komunitas sejarah dan instansi terkait.
Peserta Lasenas akan mengunjungi berbagai situs bersejarah di wilayah Kota Banda Aceh, Aceh Besar, dan Kota Sabang. Pada tanggal 28 April 2018 peserta mengunjungi tempat bersejarah dan museum di wilayah Kota Banda Aceh, yakni, Makam Teungku Chik Di Tiro, Mesjid Indrapuri, Museum Aceh, Replika Pesawat RI 001 Seulawah, Museum Tsunami dan Masjid Baiturrahman. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan Seminar Kesejarahan di Asrama Haji Kota Banda Aceh. Seminar menghadirkan Prof. Dr. Taufik Abdullah (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), Kamaruzzaman Bustamam Ahmad Ph.D. (IAIN Ar-Raniry Banda Aceh) dan Dr. Doni Koesoema (Tim Pembangunan Pendidikan Karakter Kemendikbud) sebagai pembicara.
Pada tanggal 29 April 2018 peserta melawat tempat-tempat bersejarah di Kabupaten Aceh besar, yakni, Makam Pahlawan Nasional Malahayati, Benteng Iskandar Muda, Benteng Indra Patra, Gunongan dan Rumah Cut Nyak Dien. Setelah itu kegiatan akan dilanjutkan dengan presentasi 10 makalah terbaik.
Pada tanggal 30 April 2018 peserta Lasenas menuju Kota Sabang untuk melawat berbagai tempat bersejarah, yakni, Titik Nol Kilometer, RSJ. Lipory, Europheesche Lagere School (SD 6 dan SD 2) dan Sign Post.
Pada tanggal 30 April 2018 kegiatan Lawatan Sejarah Nasional (Lasenas) ditutup secara resmi oleh Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Acara ini menampilkan pentas multikultur dari para peserta Lasenas. Dalam acara ini juga diumumkan enam peserta pemenang Lomba Karya Tulis Terbaik Lawatan Sejarah Nasional 2018.
Kegiatan ini memberikan wawasan kesejarahan bagi para peserta yang penting sebagai penguatan pendidikan karakter berbasis sejarah, yang kemudian diharapkan akan berimplikasi pada terwujudnya insan pendidikan yang cerdas dan berkarakter. Kegiatan ini juga bagian dalam memperkuat memori kolektif bangsa sekaligus memberikan pengalaman berharga tentang keberagaaman bangsa dan kearifan budaya serta sejarah Aceh bagi generasi penerus bangsa.
Salah satu luaran dalam kegiatan Lawatan Sejarah Nasional 2018 adalah tersusunya buku testimoni peserta Lawatan Sejarah Nasional 2018. Buku ini berisikan ungkapan pengalaman dan kesan para peserta Lawatan Sejarah Nasional yang ditulis dengan ringkas. Penyusunan buku ini merupakan upaya dalam merekam memori kolektif para peserta Lasenas 2018 tentang alam, budaya dan peninggalan sejarah Aceh. Ditulis dengan bahasa yang khas remaja membuat buku ini menarik dan mudah dibaca oleh siapa saja. Buku ini selain sebagai salah satu himpunan memori kolektif peserta, diharapkan juga dapat turut bersumbangsih dalam memberikan informasi tentang alam dan budaya Aceh melalui penuturan kesan para peserta.
Demikian Review dua konten dalam Rumah belajar. Terima kasih.
Wassalamu’ allaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
info lengkap ada di link youtube berikut: (
Jangan lupa like dan subscribe dl ya...hehe)
https://youtu.be/VJ1s5etwUUg